Selasa, 24 Oktober 2017
Tugas Mata Kuliah Ekologi Restorasi : Restorasi di Hutan Konservasi bekas Tambang Nikel
Tugas Mata Kuliah Ekologi Restorasi
Restorasi di Hutan
Konservasi Bekas Tambang Nikel
Nama : Faradila Mei Jayani
NIM : E451160166
Kegiatan
pertambangan telah mengakibatkan kerusakan terhadap struktur dan fungsi hutan. Pertambangan
merupakan kegiatan pencarian, pengambilan, dan pengolahan sumber daya alam berharga
yang ada di dalam tanah. Sumber daya alam berharga tersebut dapat berupa
mineral, batu bara, minyak bumi, dan gas bumi. Sumber daya tersebut umumnya berada
di bawah permukaan tanah hutan. Penambangan sumber daya alam yang ada di bawah permukaan
tanah hutan tersebut tentu harus menebang pohon-pohon di hutan sehingga disebut
penambangan terbuka. Kegiatan penebangan pohon-pohon ini menyebabkan struktur
hutan seperti keanekaragaman yang tinggi (mega
biodiversity), stratifikasi tajuk, evergreen,
dan siklus hara tertutup di hutan menjadi rusak. Rusaknya struktur hutan
tersebut mengakibatkan fungsi hutan menjadi terganggu. Rusaknya fungsi hutan
tersebut misalnya hilangnya habitat flora dan fauna, hilangnya fungsi hutan sebagai
penahan erosi dan banjir, penyimpan karbon, dan pengatur siklus hidrologi.
Salah
satu kegiatan pertambangan yaitu pertambangan mineral. Pertambangan mineral
merupakan pertambangan kumpulan mineral yang berupa biji atau batuan selain batu
bara, minyak bumi, dan gas bumi. Mineral yang ditambang tersebut antara lain
nikel, bauksit, besi, timah, emas, tembaga, mangan, dan belerang. Nikel biasanya
diolah dengan cara dicampur dengan logam lain seperti besi dan krom. Nikel
digunakan di berbagai industri yang menggunakan nikel sebagai bahan dasarnya.
Nikel dimanfaatkan sebagai bahan campuran dalam pembuatan stainless steel untuk
melapisi besi sehingga tidak mudah berkarat misalnya pada pembuatan sendok,
garpu, knalpot, dan kran. Nikel juga berguna dalam pembuatan koin yang berwarna
perak. Nikel dapat juga dibuat kawat yang memiliki ketahanan yang baik dan anti
karat. Kawat yang dibuat dari bahan dasar nikel ini digunakan pada turbin mesin
jet.
Pertambangan
nikel pada hutan konservasi menyebabkan kerusakan struktur dan fungsi hutan
konservasi. Hutan konservasi mempunyai fungsi sebagai pengawetan keanekaragaman
tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Jika pohon-pohon di hutan konservasi
ditebang untuk kegiatan pertambangan maka hutan sebagai habitat flora dan fauna
akan hilang sehingga menyebabkan hilangnya keanekaragaman flora dan fauna. Hal
ini berarti hilangnya struktur hutan konservasi menyebabkan hilangnya fungsi
hutan konservasi.
Salah
satu tujuan kegiatan pasca tambang yaitu memperbaiki lahan akibat adanya
kegiatan pertambangan. Kegiatan tersebut salah satunya melalui kegiatan
restorasi. Restorasi merupakan salah satu upaya untuk mengembalikan struktur
dan fungsi hutan hingga mendekati kondisi semula. Kegiatan restorasi ini diawali dengan
campur tangan manusia dan selanjutnya terjadi secara alami mengikuti proses
suksesi sekunder.
Tahapan
pertama yang dilakukan dalam restorasi hutan konservasi bekas tambang nikel
yaitu blocking dan mapping. Kegiatan blocking dan mapping dilakukan dengan
membagi lahan yang akan direstorasi ke dalam beberapa blok. Pembagian lahan ke
dalam blok-blok yang berbeda ini berdasarkan penggunaan lahan ketika adanya
kegiatan pertambangan. Misal blok A digunakan sebagai tempat pembuangan limbah
ketika adanya kegiatan pertambangan dan blok B digunakan sebagai basecamp.
Pembagian ini berdasarkan acuan bahwa masing-masing blok memiliki kondisi lahan
yang berbeda sehingga ketika dilakukan analisis tanah akan menghasilkan data
yang berbeda sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan lahan berdasarkan kondisi
lahan pada masing-masing blok. Lahan yang telah dibagi ke dalam blok-blok
tersebut kemudian dipetakan. Tujuan dilakukan pemetaan iniuntuk mengetahui
posisi masing-masing blok.
Tahapan
kedua yaitu analisis tanah yang dilakukan pada masing-masing blok. Analisis
tanah dilakukan untuk mengetahui sifat fisik dan kimia tanah. Hasil analisis
tanah ini digunakan untuk mengetahui langkah apa yang harus dilakukan untuk
memperbaiki lahan sebelum dilakukan penanaman.
Berdasarkan
penelitian Sariwahyuni (2012) hasil analisis tanah lahan bekas tambang nikel di
PT International Nickel Indonesia (INCO), Sorowako, Sulawesi Selatan mempunyai
tingkat keasaman yang tinggi yaitu pH < 5 dan akumulasi nikel Ni(II).
Selain itu berdasarkan penelitian Perdana (2009) hasil analisis tanah lahan
bekas tambang nikel di PT International Nickel Indonesia (INCO), Sorowako, Sulawesi
Selatan mempunyai porositas yang rendah; kandungan unsur C-organik, N-total,
P-tersedia yang rendah; kandungan Ca<Mg, dan KTK rendah. Kondisi lahan bekas
tambang yang demikian tentu mengganggu pertumbuhan tanaman yang ditanam pada
lahan bekas tambang nikel. Tanah yang masam akan mengakibatkan tanah kekurangan
unsur Ca dan Mg serta meningkatkan kandungan Al3+ yang beracun bagi
tanaman. Kapasitas tukar kation tanah menunjukkan kemampuan tanah untuk menyerap
atau menukarkan unsur hara dalam bentuk kation. Tanah-tanah dengan kapasitas
tukar kation yang rendah mempunyai daya menyimpan unsur hara yang rendah. Jika
kandungan Ca < Mg maka pertumbuhan tanaman akan stagnan. Hal ini disebabkan
unsur Mg dalam bentuk ion Mg2+ akan masuk terlebih dahulu sehingga
menghalangi jalan masuk unsur Ca dalam bentuk ion Ca2+ ke dalam
tanaman. Fungsi unsur Ca di dalam tanaman yaitu merangsang pertumbuhan pada
titik-titik tumbuh tanaman pada pucuk muda dan ujung akar. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan pada pucuk muda dan ujung akar terganggu sehingga tanaman menjadi
stagnan.
Berdasarkan
sifat fisik dan kimia tanah bekas tambang nikel tersebut maka tahapan ketiga
yang harus dilakukan yaitu memberikan perlakuan untuk memperbaiki lahan. Adanya
akumulasi nikel Ni(II) menyebabkan ketersediaan fosfat menjadi rendah. Hal ini
dikarenakan akumulasi Ni(II) akan memfiksasi P sehingga ketersediaan P menjadi
berkurang. Fosfat yang mengandung unsur P sangat diperlukan oleh tanaman dalam
pembelahan sel. Jika kandungan fosfat rendah maka pembelahan sel akan terganggu
sehingga pertumbuhan tanaman dapat
terganggu. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi akumulasi nikel Ni(II)
dan meningkatkan ketersediaan fosfat yaitu dengan menambahkan bakteri pereduksi
nikel Pseudomonas aeruginosa dan
bakteri pelarut fosfat Bacillus
megaterium masing-masing sebanyak 1250 liter/ha. Berdasarkan penelitian Sariwahyuni (2012) pemberian bakteri
pereduksi nikel Pseudomonas aeruginosa dan
bakteri pelarut fosfat Bacillus
megaterium masing-masing sebanyak 1250 liter/ha pada lahan bekas tambang
nikel dapat mengurangi akumulasi nikel Ni(II) sebesar 25.83%, meningkatkan
kandungan fosfat sebesar 42.36%, dan menaikkan pH sebesar 44,13%.
Upaya
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pH dan kandungan Ca yaitu dengan cara
pengapuran. Pengapuran dapat dilakukan dengan cara menambahkan kapur kalsit
(CaCO3) sebanyak 400 kg/ha. Pengapuran dilakukan 1-2 minggu sebelum
kegiatan penanaman agar kapur telah tercampur baik pada lahan bekas tambang
sehingga meningkatkan pH dan kandungan Ca. Porositas yang rendah, kandungan
unsur C-organik, N-total, P-tersedia yang rendah, dan KTK yang rendah dapat
diatasi dengan penambahan bahan organik tanah. Penambahan bahan organiki tanah
dapat dilakukan dengan menambah serasah pada lahan bekas tambang. Serasah dapat
diambil dari lantai hutan disekitar lahan bekas tambang sehingga dapt
mengurangi biaya pembelian kompos sebagai penyedia bahan organik tanah. Serasah
semakin lama akan terdekomposisi sehingga menyediakan unsur hara yang
diperlukan bagi tanaman. Selain itu adanya serasah dapat meningkatkan aktivitas
biota tanah sehingga dapat memperbaiki porositas tanah.
Setelah
upaya perbaikan lahan dilakukan maka tahapan keempat yang dilakukan yaitu
desain penanaman dan pemilihan jenis pohon yang akan ditanam pada kegiatan
restorasi. Pemilihan jenis pohon merupakan hal yang penting karena
harus dirancang agar dapat membentuk struktur dan fungsi
hutan mendekati kondisi semula. Dalam pemilihan
jenis tanaman ini harus melihat pada fungsi hutan sebelumnya sebelum dilakukan
kegiatan pertambangan. Pemilihan jenis pada hutan konservasi yaitu dipilih
jenis-jenis yang dapat meningkatkan keanekaragaman flora dan fauna. Jenis pohon
yang dipilih yaitu spesies pohon katalitik. Spesies katalitik yaitu spesies
yang menghasilkan biji yang disenangi oleh hewan. Biji tanaman tersebut akan
bercampur dengan feses hewan. Ketika hewan tersebut mengeluarkan feses maka
hewan akan membantu penyebaran biji tanaman tersebut. Jenis pohon katalitik
memiliki sifat intoleran, disenangi hewan, mendukung kolonisasi jenis-jenis
lain tumbuh dalam lahan miskin hara, menghasilkan serasah yang mudah
terdekomposisi. Konsep restorasi yaitu mengikuti proses suksesi sekunder sehingga
jenis katalitik ini dapat membantu meningkatkan jumlah individu dan komposisi jenis pohon dengan bantuan hewan sebagai agen
penyebar biji. Contoh jenis-jenis katalitik seperti Macaranga sp, Ficus sp, Syzygium polyanthum,
dan Antidesma bunius.
Desain
penanaman dilakukan agar tanaman yang tumbuh pada lahan bekas tambang dapat
membentuk struktur menyerupai hutan hujan tropika. Penanaman pada kegiatan
restorasi tidak ditentukan jarak tanamnya. Jarak tanam yang dipakai berdasarkan
asumsi bahwa jika jumlah pohon dalam suatu lahan sebanyak 600 pohon/ha sudah dianggap
cukup sebagai ekosistem hutan yang baik pada hutan konservasi. Setelah kegiatan
penanaman dilakukan maka tugas manusia untuk melakukan restorasi telah selesai.
Hal ini dikarenakan mekanisme kegiatan restorasi secara alami melalui suksesi
sekunder. Proses suksesi sekunder merupakan perkembangan vegetasi mulai dari
habitat yang terganggu hingga mencapai masyarakat hutan yang klimaks.
Penanaman
jenis pohon heterogen yang didesain menyerupai hutan alam akan menciptakan
stratifikasi tajuk di hutan tersebut. Stratifikasi tajuk dapat bermanfaat untuk
menciptakan kondisi iklim mikro dan mengurangi erosi. Stratifikasi tajuk dapat menciptakan
kondisi iklim mikro yaitu menciptakan suhu dan kelembaban yang sesuai untuk
pertumbuhan organisme di dalam hutan. Stratifikasi tajuk dapat mengurangi erosi
dengan cara mengurangi energi kinetik air hujan karena harus melewati
tajuk-tajuk pohon terlebih dahulu hingga akhirnya jatuh ke permukaan tanah. Tegakan
hutan yang terbentuk akan menciptakan siklus hara tertutup. Serasah yang jatuh
ke lantai hutan akan terdekomposisi sehingga meningkatkan kandungan unsur hara
dalam tanah. Penyerapan unsur hara oleh
pohon akan meningkatkan pertumbuhan pohon di dalam hutan.
Terciptanya
komposisi jenis yang beragam akan membentuk berbagai tingkat pertumbuhan mulai
dari semai, pancang, tiang, sampai pohon yang menyebar secara berkelompok atau
soliter. Berbagai tingkat pertumbuhan tersebut akan membentuk keragaman
diameter, tinggi, dan bentuk perakaran. Dalam kawasan restorasi juga tumbuh
organisme epifit, saprofit, parasit, dan tumbuhan bawah yang juga memiliki
peranan dalam ekosistem hutan. Tegakan hutan yang telah terbentuk menjadi
habitat bagi fauna sehingga keanekaragaman fauna hutan juga meningkat. Keanekaragaman
flora dan fauna tersebut akan menciptakan ekosistem yang seimbang. Kegiatan
restorasi di hutan konservasi bekas tambang nikel dapat dikatakan berhasil jika
struktur dan fungsi hutan telah mendekati kondisi awal dan tercipta
kenanekaragaman flora dan fauna yang tinggi pada kawasan restorasi.
Daftar
pustaka
Perdana YI. 2009. Karakteristik tanah
pada lahan bekas tambang yang ditanami rumput signal (Brachiaria decumbens Stapf) di PT International Nickel Indonesia,
Sorowako, Sulawesi Selatan [skripsi]. Bogor (ID). Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Sariwahyuni. 2012. Rehabilitasi lahan
bekas tambang PT INCO Sorowako dengan bahan organik, bakteri pelarut fosfat, dan
bakteri pereduksi nikel. Jurnal Riset
Industri. 6(2):149-155.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar