Selasa, 24 Oktober 2017
Tugas Mata Kuliah Kehutanan Masyarakat : Resume Kearifan Tradisional Suku Maybrat dalam Perburuan Satwa sebagai Penunjang Pelestarian Satwa
Resume
Kearifan Tradisional
Suku Maybrat dalam Perburuan Satwa
sebagai Penunjang Pelestarian Satwa
(Karya Freddy
Pattiselann dan George Mentansan)
Kearifan tradisional merupakan salah satu aspek yang
berperan dalam pelestarian satwa yang sampai saat ini masih dipraktekkan oleh masyarakat
Maybrat di Kabupaten Sorong Selatan. Studi tentang kearifan tradisional suku
Maybrat dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana praktek kearifan tradisional
memberikan dampak terhadap upaya pelestarian satwa di Kabupaten Sorong Selatan.
Kegiatan berburu merupakan kegiatan sampingan yang dilakukan
oleh suku Maybrat yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan protein dan
daging dalam keluarga. Mata pencarian hidup yang utama dari orang Maybrat yaitu
bercocok tanam secara berpindah pindah. Teknik perburuan satwa oleh suku
Maybrat hampir sama dengan teknik perburuan yang dilakukan oleh kelompok etnik
lainnya di Papua. Teknik perburuan tersebut menggunakan busur dan panah,
tombak, penggunaan jerat dan anjing berburu.
Lokasi berburu suku Maybrat masih terbatas pada tiap
wilayah klen atau berdasarkan hak ulayat yang jelas. Batas-batas tersebut
dipahami oleh masyarakat anggota klen sehingga dalam melakukan kegiatan berburu
mereka tidak boleh melintas atau melewati batas-batas hak ulayat mereka.
Jenis hewan buruan suku Maybrat yaitu babi hutan (Suidae),
kuskus (Phalangeridae), tikus tanah, soa-soa (Varanidae), rusa (Cervidae),
maleo (Megepodiidae), kasuari (Casuaridae) dan mambruk (Columbidae). Penggunaan
bagian tubuh satwa sebagai asesories pakaian adat sangat umum. Bulu burung
kasuari (Casuaridae), mambruk (Columbidae) dan maleo (Megapodiidae) biasanya
dipakai sebagai hiasan kepala yang akan digunakan pada upacara adat seperti
kelahiran, kematian atau upacara permohonan untuk diberikan keberhasilan dalam
berburu.
Kegiatan perdagangan melalui proses barter banyak
dilakukan untuk keperluan sosial budaya di antara sesama kelompok etnik. Perdagangan
daging satwa untuk dikonsumsi dan diperdagangkan secara luas di pasar
tradisional di Papua masih jarang ditemukan. Praktek kearifan tradisional
seperti penggunaan alat buru, tempat untuk berburu dan jenis satwa yang diburu
secara tidak langsung memberikan dampak positif guna mendukung usaha
pelestarian satwa di Sorong Selatan.
Nama : Faradila Mei Jayani
NIM : E44120030
Kelompok : 7
NIM : E44120030
Kelompok : 7
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar