Selasa, 24 Oktober 2017
Tugas Mata Kuliah Kehutanan Masyarakat : Strategi Adaptasi Masyarakat Bajo di Desa Sulaho, Kecamatan Lasusua, Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara
Resume
Masyarakat Bajo merupakan masyarakat yang tinggal di
atas perahu yang disebut bido. Mereka hidup berpindah-pindah secara berkelompok
menuju tempat yang berbeda tergantung lokasi penangkapan ikan yang mereka pilih.
Masyarakat Bajo memiliki mata pencaharian utama sebagai penangkap ikan atau
memanfaatkan sumber daya alam laut. Mereka kurang memperhatikan lingkungan
darat dengan segala potensi sumber daya dan tidak memanfaatkan dengan baik.
Masyarakat Bajo menjalani hidupnya sejak lahir, berkeluarga, hingga akhir
hayatnya di atas perahu. Sebagian besar dari mereka telah tinggal menetap di
pinggir laut. Berkembang mitos di masyarakat Bajo bahwa Sang Dewata memberikan
lingkungan laut bagi orang-orang Bajo.
Masyarakat Bajo mengenal dua istilah yaitu sama
(orang Bajo) dan bagai (bukan orang Bajo). Konsep “sama dan bagai” telah
mengalami perubahan pada masyarakat Bajo yang tinggal di Desa Sulaho Kecamatan
Lasusua Kabupaten Kolaka Utara, Propinsi Sulawesi Tenggara akibat interaksi
yang intensif dengan orang bagai khususnya orang Bugis. Keterikatan masyarakat
Bajo dengan orang bagai mengharuskan mereka berinteraksi dengan kehidupan di
darat. Desa Sulaho yang mayoritas penduduknya adalah orang Bajo dikenal sebagai
perkampungan orang Bajo, sedangkan orang Bugis merupakan kelompok minoritas.
Walaupun demikian bahasa sehari-hari yang digunakan adalah Bahasa Bugis,
sedangkan Bahasa Bajo kadang-kadang hanya digunakan oleh orang-orang tua atau
jika bertemu dengan kerabatnya yang datang dari luar Desa Sulaho.
Perubahan pola pemukiman dari darat ke laut
menyebabkan orang Bajo mengalami perubahan budaya. Kelompok suku bangsa
mayoritas (Bajo) telah mengadaptasikan unsur unsur budayanya ke dalam
unsur-unsur budaya kelompok suku bangsa minoritas (Bugis). Orang Bajo mengadopsi
pola pemanfaatan teknologi penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan Bugis
di Desa Sulaho maupun di luar Desa Sulaho. Interaksi antara orang Bajo dengan
orang Bugis, menyebabkan pola budaya orang Bugis mulai mempengaruhi kehidupan
sosial budaya dan ekonomi orang Bajo.
Pola pemukiman masyarakat Bajo mulai menetap di
Sulaho dengan mendirikan rumah panggung di atas air pada kawasan pantai. Orang-orang
Bugis memperkenalkan kepada mereka sejenis perahu bercadik yang disebut
lepa-lepa yang dijadikan sarana penangkapan ikan dan transportasi. Kehadiran
orang Bugis yang bermukim di pesisir pantai sangat dubutuhkan oleh orang Bajo untuk
memenuhi segala kebutuhannya, baik sandang, pangan maupun pemenuhan alat-alat
produksi penangkapan. Ketergantungan orang Bajo terhadap orang Bugis dalam
pemenuhan berbagai kebutuhannya, menyebabkan berbagai unsur-unsur budaya orang
Bugis lambat laun diadopsi oleh orang Bajo.
Sumber:
Syarifuddin. 2009. Adaptasi Linguistik Bahasa Luar terhadap Tradisi
Lisan (Mantra) Masyarakat Bajo: Sebuah Transformasi Budaya Tertutup ke Budaya
Terbuka. Kajian Linguistik dan Sastra. 21(1):81-90
Nama : Faradila Mei Jayani
NIM : E44120030
Kelompok : 7
Kelompok : 7
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar